MELIHAT SEJARAH LEWAT TANAH, DAN FOTO BERSAMA MUMI

RIFAN FINANCINDO

RIFAN FINANCINDO - SEMARANG, Cluster Museum Dayu jadi museum terbuka untuk dikunjungi traveler. Kamu bisa melihat aneka lapisan tanah dari zaman prasejarah ratusan ribu tahun silam.

Cluster Museum Dayu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah merupakan satu bagian dari kompleks Situs Purbakala Sangiran yang luasnya mencapai 59,2 Km persegi. Konsep cluster museum satu ini berbeda dengan museum lainnya di Sangiran.

Alih-alih menonjolkan display di bangunan museum, di sini displaynya dipamerkan dalam bentuk anjungan-anjungan dalam bangunan terpisah. Bentuknya pun seperti punden berundak, atau malah mirip vila-vila di kawasan Puncak.

Petualangan di museum ini dimulai dari titik teratas, kemudian turun hingga ke bawah. Itu karena setiap contoh lapisan tanah dari masing-masing era sejarah, bisa dilihat di Cluster Museum Dayu.

Ini bentuk cluster Museum Dayu, mirip kompleks vila di Kawasan Puncak kan? (Wahyu/detikTravel)Ini bentuk cluster Museum Dayu, mirip kompleks vila di Kawasan Puncak kan? 
Mulai dari lapisan tanah teratas yaitu Notopuro yang berasal dari era 250-100 ribu tahun lalu (Plestosen Atas), hingga lapisan tanah tertua, yaitu formasi tanah Pucangan yang berasal dari era 1,8 juta hingga 900 ribu tahun silam (Plestosen Bawah).

Di setiap anjungan terdapat informasi yang lengkap mengenai karakteristik lapisan tanah dari masing-masing era. Contohnya pada Anjungan Kabuh. Di dalamnya terdapat tiruan tanah dari lapisan tanah Kabuh.

Informasi di dalam Anjungan Kabuh (Wahyu/detikTravel)Informasi di dalam Anjungan Kabuh
Selain bisa dilihat di dalam anjungan, contoh lapisan tanah formasi Kabuh juga bisa dilihat dari luar ruangan. Museum Dayu memang berdiri di atas formasi bukit yang menunjukkan lapisan tanah yang berbeda dari masing-masing era.

Di Cluster Musuem Dayu, traveler bisa belajar mengenai ilmu geologi. Bahwa sejak bumi terbentuk ratusan juta tahun silam, lapisan tanah yang ada sekarang telah melewati beragam proses dan era. Masing-masing lapisan tanah inilah yang bisa diteliti, supaya kita bisa mengungkap misteri apa yang terjadi di kehidupan masa lampau.

Contoh Lapisan Kabuh di luar ruangan (Wahyu/detikTravel)Contoh Lapisan Kabuh di luar ruangan 
Di setiap anjungan, selain memuat informasi dan contoh lapisan tanah, ada juga display fosil dengan menggunakan barcode. Jika di scan dengan aplikasi, barcode ini akan menampilkan AR alias Augmented Reality berisi informasi tentang fosil tersebut. Keren!

Selain anjungan Kabuh, masih ada anjungan Grenzbank yang juga bisa dilihat traveler. Lapisan Grenzbank merupakan lapisan tanah yang berada sebelum lapisan Kabuh. Lapisan ini terbentuk 900 ribu tahun silam

Informasi tentang Lapisan Grenzbank (Wahyu/detikTravel)Informasi tentang Lapisan Grenzbank 
Ditemani Iwan Setiawan, Koordinator Cluster Museum Dayu, rombongan kami pun diajak menyusuri 'Lorong Waktu' ini. Kami masuk ke satu per satu anjungan, dari yang teratas, sampai yang paling bawah.

Di titik paling bawah terdapat ruangan display museum yang menunjukkan beberapa fosil yang ditemukan di aneka lapisan tanah di Museum Dayu. Di ruang display ini, fosil-fosil ditata dengan apik, plus ada penggunaan teknologi modern yang sangat menarik!

Diplay museum yang modern (Wahyu/detikTravel)Diplay museum yang modern 


"Kami ingin menepis anggapan kalau berkunjung ke museum itu membosankan, dan kesannya tua atau angker. Maka dari itu, kami gunakan teknologi supaya pengunjung tertarik," jelas Iwan.

Traveler yang tertarik ingin belajar lebih dalam tentang ilmu geologi dan arkeologi, bisa langsung mampir ke Cluster Museum Dayu di Karanganyar. Museum ini buka dari Selasa sampai Minggu dari pukul 08.00 pagi hingga 16.00 WIB.

Display kerbau purba di Cluster Museum Dayu (Wahyu/detikTravel)Display kerbau purba di Cluster Museum Dayu 
 Xinjiang Museum di Urumqi, China punya koleksi mumi asli yang usianya lebih dari ratusan tahun. Turis yang datang bisa foto bareng display mumi ini di sana.

Anak muda itu merendahkan tubuhnya untuk membaca keterangan yang tertera pada benda bersejarah yang tengah menarik perhatiannya. Ada dua versi tulisan, yakni huruf Mandarin dan Arab.

Ia memilih membaca yang versi huruf Arab, dan mengejanya perlahan dengan suara lirih. Setelah selesai membacanya, ia menegakkan kembali tubuhnya dan mengamati benda dalam kotak kaca itu. Sesosok mumi!

Lalu, ia berpose di sisi mumi itu, dan meminta temannya untuk memotret dirinya dengan kamera di HP-nya. Anak muda itu tersenyum puas. Lalu, beranjak ke benda-benda bersejarah lainnya yang dipajang di ruangan itu.

Xinjiang Museum di Urumqi, sore akhir pekan lalu itu ramai pengunjung. Termasuk, dua anak muda yang terlihat berwajah khas, berbeda dari umumnya anak muda warga Republik Rakyat China.

Foto Bareng Mumi di China, Berani Nggak?
"Saya asli Urumqi," katanya ketika kami menyinggung soal kemampuannya membaca huruf Arab tadi. Urumqi adalah ibukota Propinsi Xinjiang Uyghur yang dikenal berpenduduk muslim. Xinjiang sendiri merupakan daerah otonomi di China yang dihuni berbagai suku dan agama. Muslim merupakan warga mayoritas, termasuk di Urumqi.

Mumi adalah salah satu artefak bersejarah yang tersimpan dan terdokumentasikan dengan baik di Xinjiang Museum. Mumi tertua yang tersimpan di museum tersebut berasal dari 1.800 tahun sebelum Masehi, berupa sosok perempuan dewasa berambut panjang dan berwarna, serta memiliki mata yang cekung dan tulang hidung panjang dan bibir mungil. Gambaran tersebut diyakini merujuk pada manusia Europoid kuno.

Ada pula mumi perempuan yang lebih muda yakni, dari 800 tahun sebelum masehi. Mumi setinggi 160 cm tersebut merupakan sosok berdarah campuran antara Europoid dan Mongoloid.

Selain itu, masih ada lagi mumi bayi, yang menarik perhatian pengunjung museum. Mumi bayi tersebut berasal dari 3.800 tahun lalu, namun baru diambil dari Kuburan Gumogou pada 1979. Sosok bayi tersebut terbungkus semacam kain wool tebal di sekujur tubuhnya, dan hanya tampak tengkorak kepalanya. Mumi-mumi yang terbaring di dalam kotak kaca itu memberikan nuansa mistis ruangan museum.

Selain menyimpan benda-benda bersejarah, Xinjiang Museum juga diperkaya dan diperindah dengan diorama-diorama yang menggambarkan kehidupan suku setempat di masa lalu. Ada juga peninggalan kain-kain kuno yang terbuat dari sutra, dengan hiasan dan pola-pola tertentu, dari zaman Dinasti Qing (1644-1911 sesudah Masehi).

Foto Bareng Mumi di China, Berani Nggak?
Xinjiang Museum di Urumqi menempati areal yang luas dan berlantai dua, dengan beberapa ruangan yang terpisah-pisah. Benda-benda peninggalan bersejarah yang diberi nama 'Memory on the History of the Western Regions' dipisahkan dengan bagian yang bertema 'Identitas Nasional'. Bagian yang disebut terakhir ini berisi display suku-suku yang ada di Xinjiang, dari sosok orang-orangnya, busana hingga arsitektur rumah mereka.

Pemerintah Beijing sangat memperhatikan benda-benda warisan budaya sebagai pijakan bagi kebijakan ekonomi mereka. Sejak 2013, China meluncurkan sebuah inisiatif kerja sama ekonomi untuk menghidupkan kembali jalur perdagangan dengan negara-negara tetangga, yang di masa lalu disebut sebagai Jalan Sutra.

Inisiatif itu 'The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road' atau sering disingkat menjadi 'Ona Belt One Road' atau 'The Belt and Road Initiative' tersebut merupakan ambisi China untuk memberi manfaat bagi negara-negara yang berbatasan dengannya di Jalan Sutra.

"Perlindungan terhadap warisan-warisan budaya kuno di Xinjiang telah menjadi konsensus pemerintah pusat, juga tentu saja pemerintah setempat dan juga masyarakat dari seluruh etnis yang ada," ujar May Yingsheng, Deputi Direktur pada Departemen Kebudayaan Xinjiang, yang juga deputi direktur pada Komiter Ahli Perlindungan Warisan Budaya Xinjiang kepada 22 pemimpin dan awak media dari 15 negara yang diundang oleh Kantor Informasi Pemerintah Otonomi Xinjiang, China.

Dengan penduduk 23 juta jiwa yang terdiri atas 47 etnik, Xinjiang menjadi model bagi pemerintah China dalam kebijakan dan strategi perlindungan warisan budaya. "Peran dan fungsi penting Xinjiang sebagai garis depan The Silk Road Economic Belt yang diiniaisi pemerintah China semakin nyata dan terbuka," tutur Huang Ping Chou dari Xinjiang Commerce Departement.

Foto Bareng Mumi di China, Berani Nggak?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

Wall Street Anjlok Tersengat Memanasnya Ketegangan Rusia-Ukraina

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK